SELAMAT DATANG DI DUNIA TEKNIK SIPIL

Rabu, 23 Mei 2012

PONDASI TIANG PANCANG



PONDASI TIANG PANCANG
            Tiang pancang adalah merupakan bagian-bagian konstruksi yang terbuat dari kayu, beton, dan baja yang digunakan untuk suatu pondasi pada bangunan apabila tanah dasar dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebabnnya. Tanah keras adalah tanah yangmempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya dan biasanya letaknya sangat dalam.
            Adapun berapa cara yang dapat dipergunakan didalam pelaksanaan perancangan tiang pancang adalah pertama dengan cara mebuat tiang terlebih dahulu, kemudian memasukkannya dalam tanah dengan mesin pemancang (pile driving machine). Cara kedua adalah dengan membuat lubang dahulu, kemudian lubang tersebut diisi tulang 1 s/d 2 persen beton, dan besi sebagai tulangnya, tulangan semacam ini disebut tulang straus.

 
CARA PEMINDAHAN BEBAN PONDASI TING PANCANG

Cara pemindahan beban tiang pancang dapat dibagi 2, yaitu :

1.        End Bearing Pile
Tiang pancang yang tertanam didalam tanah akan meneruskan beban yang dipikulnya melalui tekanan ujungnya kelapisan tanah keras, sehingga beban lapisan dapat dipikul pada lapisan ini. Lapisan ini terdiri dari tanah lempung sampai batuan tetap. Jika lapisan ini merupakam bantuan keras maka penentuan daya dukung tiang tergantng pada kekuatan itu sendiri dan dapat dihitung dari tegangan yang diizinkan pada bahan tiang. Apabila lapisan keras ini terdiri dari pasir, maka daya dukung tiang tergantung pada sifat-sifat lapisan pasir tersebut. Untuk itu kepadatannya harus dapat ditaksir,gaya yang melawan lapisan tersebut terhadap ujung tiang. Cara yang terbaik dan sederhana untuk maksud ini adalah dngan menggunakan alat sondir. Dengan memakai hasil dari percobaan sondir sampai beberapa meter tiang harus dimasukkan dan daya dukung pada kedalaman tersebut.
2.    Friction Pile
Cara pemindahan beban tiang pancang dengan cara friction pile ada dua metode, yaitu :
a.                   Friction pile pada tanah dengan butir-butir tanah kasar (Coarse Grainet) dan sangat mudah menyerap air (Very permeable mod). Tiang ini merupakan beban ke tanah melalui gesern kulit (Skin Friction). Pada proses perancangan ini dilakukan dalam satu group (kelompok)   tiang yang satu sama lain saling berdekatan dan akan menyebabkan kekurangan pori-pori tanah, serta pengompanakan tanah diantara tiang-tiang dan sekeliling kelompok tiang-tiang pancang ini dapat dikategorikan  juga Compaction Pile.
b.                   Friction pile pada tanah dengan  butir-butir yang sangat halus (Very Fine Grainet) dan sukar menyerap air. Tiang ini fungsinya meneruskan beban ketanah melalui gesekan kulit, akan tetapi pada proses pemancangan kelompok tiang tidak menyebabkan tanah diantara tiang-tiang menjadi kompak. Maka tiang-tiang yang termasuk kategori ini disebut Floating pile foundation. Bilamana tiang pancang dimasukkan kedalam pasir, maka sebagian besardaya dukungnya dapat dihitung dari  hasil sondir. Sedangkan apabila  tiang pancang dimasukkan kedalam lapisan lempung, maka perlawanan ujung akan jauh lebih kecil dari pada perlawan perletakkan antara tiang dan tanah.
3.        End Bearing And Friction Pile
Jika kita memancang tiang sampai ketanah keras melalui lapisan  tanah lempung, maka untuk menghitung daya dukung tiang disini kita perhitungkan baik berdasarkan  dengan mengganggap bahwa perlawanan pada ujung tiang serta gaya pelekat antara tiang akan sama seperti nilai yang diukur dengan alat sondir.
Kemudian didapat daya dukung tiang yang diperoleh (Q), dihitung dengan rumus :
Qtiang = Atiang * NK + O*C
           3                  5
Sumber : buku pondasi tiang pancang (ir.sarjdono HS.) dan Mekanika I & II

Dimana :
Qtiang    =  Daya dukung tiang (Kg)
O         = Keliling tiang pancang (Cm)
L          = Panjang tiang yang masuk dalam tanah (Cm)
C         = Harga clef rata-rata (Kg/Cm2)
3 dan 5            = Angka keamanan (safety faction)
NK      = nilai konus dari hasil sondir (Kg/Cm2)
Angka 3 dan 5 merupakan factor keamanan.Cara ini cukup tepat untuk tiang yang  dipancangkan sampai lapisan pasir,Tetapi untuk tiang di dalam tanah lempung,cara ini umumnya kurang tepat sebab perlawanan ujung serta serta perletakan pada tiang pancang tersebut tidak sama dengan yang diukur alat sondir.

Selasa, 22 Mei 2012

TEORI AGREGAT

.1. PENDAHULUAN
Agregat  adalah  butiran  mineral  alami  yang  berfungsi  sebagai  bahan
pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang
lebih  70  %  dari  volume  beton  atau  mortar.  Oleh  karena  itu  sifat-sifat  agregat
sangat mempengaruhi  sifat-sifat beton yang dihasilkan.

2.2. KLASIFIKASI AGREGAT
Berdasarkan asalnya,  agregat digolongkan menjadi :
a.   Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya.
Jenis  batuan  yang  baik  digunakan  untuk  agregat  harus  keras,  kompak,  kekal
dan tidak pipih. Agregat alam terdiri dari : (1) kerikil dan pasir alam,   agregat
yang  berasal  dari  penghancuran  oleh  alam  dari  batuan  induknya.  Biasanya
ditemukan di sekitar sungai atau di daratan.  Agregat beton alami berasal  dari
pelapukan atau disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen
maupun  metamorf.  Bentukya  bulat  tetapi  biasanya  banyak  tercampur  dengan
kotoran  dan  tanah  liat.  Oleh  karena  itu  jika  digunakan  untuk  beton  harus
dilakukan  pencucian  terlebih  dahulu.  (2)  Agregat  batu  pecah,  yaitu  agregat
yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.
b.   Agregat Buatan
Agregat   yang  dibuat   dengan   tujuan   penggunaan   khusus   (tertentu)  karena
kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh  agregat  buatan  adalah  :  Klinker  dan  breeze  yang  berasal  dari  limbah
pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca
= Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa
pembakaran  arang,  hydite  berasal  dari  tanah  liat  (shale)  yang  dibakar  pada
tungku   putar,   lelite   terbuat   dari   batu   metamorphore   atau   shale   yang 
 
mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada
suhu tinggi.
Berdasarkan berat jenisnya,  agregat digolongkan menjadi :
a.   Agregat  berat     :  agregat  yang  mempunyai  berat  jenis  lebih  dari  2,8.
Biasanya   digunakan   untuk   beton   yang   terkena   sinar   radiasi   sinar   X.
Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi
b.   Agregat   Normal : agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 - 2,70.Beton
dengan  agregat  normal  akan  memiliki  berat  jenis  sekitar  2,3  dengan  kuat
tekan 15 MPa - 40 MPa.   Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu
pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
c.    Agregat  ringan  :  agregat  yang  mempunyai  berat  jenis  kurang  dari  2,0.
Biasanya  digunakan  untuk  membuat  beton  ringan.  Terdiri  dari  :  batu
apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung
udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll
(buatan).